The content is a detailed analysis of the novel “Nights In Turkistan” by Najib Kailani, focusing on the political conflict and ideological struggle in Turkistan. The review provides an in-depth examination of the novel’s portrayal of historical events and the impact of political and ideological conflicts on Turkistan’s society. The feedback for improving the content would be to break down the analysis into smaller paragraphs for easier readability. The use of subheadings or bullet points can help organize the content and make it more visually appealing. Additionally, providing a brief introduction or overview of the novel at the beginning could give readers a better context before delving into the detailed analysis. Lastly, ensuring the accuracy of references and citations is important for maintaining the credibility of the analysis. Overall, the review offers valuable insights and could benefit from improved structure and introductory context.
PENDAHULUAN

 

Novel Nights In Turkistan karya Najib Kailani (1931-1995) adalah bercerita seputar konflik ideologi dan kekuasaan yang terjadi di Turkistan pada rentang waktu tahun 1900-1950an. Novel ini mengungkap konflik politik perjuangan rakyat Turkistan dan ideologi yang penuh dengan intrik politik, konflik, kekerasan, dan penindasan.

Konflik politik dalam novel ini menggambarkan seputar perjuangan rakyat Turkistan dalam mempertahankan negara mereka dari intimidasi dan infiltrasi “penjajahan berideologi komunis” yaitu Cina dan Rusia. Turkistan dengan negeri yang makmur dan kaya dengan sumber alam menarik perhatian negera tetannga untutk ikut memiliki. Di bawah penjajahan Cina pemberontakkan terus berlanjut, pihak Cina menangkapi dan menahan para kalangan yang berani mencoba menentang kebijakan pemerintahannya.

Novel ini sebagai novel luar biasa sebagaimana novel-novel Najib Kailanai lainnya yang mengisahkan begitu heroiknya perlawanan yang dilakukan oleh penduduk Turkistan dalam melawan kolonialisme Cina. Mereka terus melakukan perlawanan demi menjaga kehormatan bangsa dan agamanya.

Dalam Novelnya ini (Nights in Turkistan), Najib Kailany menggambarkan secara rinci segala hal perjuangan dan perlawanan serta penindasan dan kekejaman Komunis di Turkista selama 1940-an, misalnya peristiwa kawin paksa antara wanita Turkistan dengan laki-laki Cina, berkembangnya ideologi Komunis, pemerkosaan terhadap gadis-gadis Turkistan, pembunuhan terhadap raja Komul dan pejuang-pejuang lainnya, dan lain sebagainya.

Novel Najib Kailani ini berbicara secara langsung pada latar tempat dan nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa sejarah perjauangan rakyat Turkistan tersebut, meskipun ada beberapa figur utama dalam novel namun tidak dikenal dalam ilmu sejarah. Sesungguhnya politik perjuangan dan ideologi dalam novel Nights In Turkistan memiliki nilai sosial yang besar dengan maksud untuk membangkitkan semangat pemuda-pemuda Turkistan yang telah memeluk ideologi Komunis agar kembali kepada Islam serta akan semangat nasionalisme memperjuangkan kemerdekaan Turkistan. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk menganalisa novel Nights In Turkistan dan penulis ingin membuktikan bahwa konflik politik dan ideologi dalam novel ini punya nilai sikap naisonalisme dan jihad pemuda-pemuda Turkistan yang menginginkan kemerdekaan dan kebebasan memeluk agama maupun berideologi yang begitu tinggi di turkistan pasca pas ca pendudukan Komunis Cina.

METODE DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Novel Nights In Turkistan memang sebauah novel yang ditulis berdasarkan fakta sejarah, namun bukan berarti bisa disebut duplikat dari sejarah. Karena, ketika sejarah sebagai bahan literer sastra itu kemudian diolah dengan capaian estetis yang tinggi dan teknik penceritaan yang cerdas dan mengesan, jalan cerita dalam novel pun pastinya akan menciptakan dunia makna baru. Oleh karena itu, karya sastra termasuk novel ini, tidak semata-mata menjadi rekaman dari peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu, melainkan capaian kreatifitas sang pengarang dalam menempuh arus kehidupan dari relung sebuah realitas yang ada.
Dalam pengkajian novel Nights In Turkistan ini penulis membatasi ranah pembahasan dan permasalahannya dengan tujuan agar pembicaraan tidak melebar ke mana-mana, mengambang keluar dari tujuan utamanya. Pembatasan tersebut adalah pengkajian terhadap novel karya Najib Kailany ini dengan berdasarkan teori sosiologi sastra. Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya dari sudut pengamatan karya sastra sebagai cermin masyarakat atau dengan kata lain karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budayan dan sejarah. Karena Novel Nights In Turkistan ini bercerita seputar peristiwa perjuangan anak pribumi yang terjadi di Turkistan pada kisaran tahun 1900-1950an.
Berdasarkan teori kritik sastra yang penulis pergunakan dalam pembahasan novel Nights In Turkistan ini, dapat disimpulkan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

  1. Konflik politik dan perjuangan ideologi yang termuat dalam novel Nights In Turkistan dengan analisis sosiologi sastra;
  2. Hubungan dan korelasi antara novel Nights In Turkistan dengan fakta dalam sejarah seputar perjuangan rakyat Turkistan pada tahun 1900an hingga 1950an.

Konflik Politik dan Ideologi Dalam Novel

Nights In Turkistan merupakan karya sastra yang memuat rekaman tentang situasi Turkistan. Turkistan seolah-olah ambruk selepas pendudukan kolonialisme Cina yang dibantu Rusia pada 1902, ketika raja Komul menyerahkan kekuasan Turkistan kepada Cina dan dipimpin secara otoriter dan despotik di akhir 1910. Kala itu, penduduk negeri bagian Rusia dirundung kekacauan dan kecemasan, terutama masalah penyebaran ideolgi komunis kepada pemuda-pemuda Turkistan. Pengkhianatan ideologi dan agama, saling tuduh dan curiga, serta balas dendam menjadi bagian dari kehidupan sosial.
Secara sepintas, novel ini memang membicarakan seputar perjuangan di Turkistan dan Najib Kailany menampilkan tokoh-tokoh seperti Mustafa, Nagmatullail, Osman Batur, Raja Komul, Pao Din, Khajah Niaz, dan Sayyid Khan. Tapi dengan tokoh-tokoh dalam novel itu Najib Kailany mengisahkan sebuah kehidupan di balik pegunungan-pegunungan Turkistan sewaktu Turkistan dalam masa pahit penjajahan. Tak dapat disangkal, jika novel Naights In Turkistan ini semacam sepenggal sejarah perjuangan Turkistan dalam bentuk karya sastra.
Dalam novel Nights In Turkistan karya Najib Kailany ini, konflik yang dominan adalah konflik politik perjuangan beserta penyebaran ideologi komunis di Turkistan. Namun demikian konflik sosial dalam novel tersebut juga dibicarakan karena konflik politik dan konflik sosial dalam novel Nights In Turkistan saling berhubungan. Konflik sosial merupakan akibat dari terjadinya konflik politik dan mempunyai pengaruh terhadap situasi politik yang terjadi di Turkistan sat itu.
Menariknya, novel ini tak selalu membicarakan prahara politik, pembereontakan, perjuangan, dah pertarungan ideologi. Di tengah kekusutan sosial-politik di negeri Turkistan itu, terpapar pula kisah cinta tokoh utama dalam novel ini yaitu Mustafa, mantan pengawal kerajaan qomul, dengan putri raja komul yaitu Nagmatullail. Meski novel ini berkisah seputar perjuangan politik Turkistan dari balik pegunungan dan gurun-gurun, tetapi Najib membumbuinya dengan cerita cinta yang memilukan.
Di tengah perjuangan politik menuntut kebebasan yang tidak jelas itu Mustafa harus kehilangan Nagmatullail karena harus menikah dengan panglima perang Cina yaitu Pao Din, demi menyelamatkan kerajaan dan keluarganya. Namun akhirnnya cinta mereka kembali bersatu kembali setelah Nagmatullail berhasil membunuh Pao Din, bahkan diakhir cerita dalam novel ini mereka hidup hingga tua dan dikarunia seorang putra. Bahkan Mansur harus menikah lagi lantaran istrinya mati dibantai oleh tentara Cina termasuk juga seluruh keluarganya. Kemudian Mansur menikah lagi dengan seorang janda, namun akhirnya ia menceraikan istrinya tersebut karena rela menyerahkan kehormatannya kepada tentara Cina lantaran mencari rasa aman.
Najib Kailany dalam novel ini mengkisahkan bagimana Turkistan harus jatuh kepada komunis Cina. Turkistan yang pada saat itu dipimpin oleh raja qomul dengan Islam sebagai landasan kehidupannya tidak mampu melawan kekuatan yang dipamerkan oleh Cina. Dari situlah pertarungan politik dan ideoligi dimulai. Secara perlaha-lahan namun pasti Cina hampir berhasil menguasai seluruh wilayah Turkistan. Hanya sedikit wilayah yang belum diduduki yaitu wilayah yang menjadi basis perlawanan para pejuang Turkistan.
Kekelahan Turkistan dalam Novel Nights In Turkistan ini digambarkan oleh Najib Kailany dengan dipenjarakannya raja Komul dan putri sang raja Nagmatullail harus menikah dengan Panglima Jendral Cina Pao Din. Nagmatullail bersedia menikah dengan alasan yang cukup politis yaitu demi menyelamatkan keluarganya, terutama kerajaan beserta rakyat Turkistan dari penindasan Cina. Meskipun telah menikah dengan Nagmatullail, sikap tentara Cina terhadap rakyat Turkistan tetap sadis, mereka bertindak sewenang –wenang dan sangat kejam.
Dalam novel Nights In Turkistan betapa dahsyatnya penderitaan yang ditanggung oleh rakyat Turkistan. Najib Kailany memaparkan dalam novel tersebut kekejaman-kekejaman yang dilakukan komunis Cina. Wanita-wanita muslimah Turkistan yang masih perawan disuruh kawin paksa dengan tentara Cina, namun sebenarnya, kata Najib yang terjadi bukanlah perkawinan akan tetapi pemerkosan. Para muslimah tersebut diperkosa selayaknya seorang budak yang bebas dipakai oleh siapa saja. Mereka dilarang berkerudung, bahkan jika ada yang berpakian rapat maka pakainnya digunting hingga kelihatan auratnya. Kitab-kitab agama, baik fiqih, hadis, bahkan alquran dibakari tiap malam. Selain itu rakyat Turkistan yang berani melakukan perlawanan ditangkapi dan disiksa bahkan dibunuh. Bendera-bendera komunis yang berwarna merah bergambar palu da arit semakin memenuhi langit udara Turkistan. Masjid-masjid dirampas dan dialihfungsikan, ada yang dijadikan sebagai kantor kepolisian, dijadikan tempat gudang persenjataan bahakan ada yang digunakan untuk berpesta minuman memabukkan ketika mereka telah berhasil menumpas para pemberontak.
Mustafa bersama pemimpin perjuangan, yaitu Osman Batur merasa pedih melihat semua ini. Najib kailany dalam novel ini memposisikan Osman Batur sebagai seorang tokoh politik yang mahir dalam hal berperang gerilya. Ia pandai mengatur taktik dalam berperang termasuk menganalissa kekuatan lawan dan kekuatan pasukan yang ia miliki. Hampir disetiap peperangan dan pemberontakkan yang dipimpin oleh Osman batur selalu menuai kemenangan. Selain Osman Batur dalam novel Nights In Turkistan juga terdapat pemimpin-pemimpin pemberontaka yang lainnya seperti Sayyid Khan dan Khajaz Niaz bebrapa kali mereka melakukan perlawanan namun akhirnya perlawanan mereka bisa ditumpas bahkan mereka dibunuh secara sadis dan tidak manusiawi.
Peristiwa Besar terjadi dalam novel Nights In Turkistan ini ketika Nagmatullail berhasil membunuh suaminya panglima Pao Din. Nagmatullail tega membunuh Pao Din karena aspirasinya tidak pernah didengarkan oleh Pao Din. Ia berharap kepada Pao Din agar tidak berterus-terusan membantai rakyat Turkistan, supaya membiarkan rakyat Turkistan hidup dalam kebebasan dan ketenangan. Namun aspirasi Nagmatullail tidak digubris oleh Pao Din hingga pada suatu malam pesta dalam novel tersebut dikisahkan Pao Din mati dibunuh oleh Nagmatullail. Hal ini dilakukan olehnya karena ia ingin membuktikan pada Mustafa—rakyat Turkistan– bahawa rasa nasionalisme terhadap bangsanya tetap ada dan tetap berkobar.
Kematian Pao Din membuat pemerintah pusat Cina marah besar, ia menambah pasukannya untuk mengamankan kekuasan cina di Turkistan. Akan tetapi perlawanan yang dilakukan oleh Osman Batur bersama Mustafa semakin gencar dan dahsyat. Perlahan-lahan beberapa wilayah Turkistan bisa direbut kembali. Mengetahui hal ini Cina merasa bahwa kekuatan mereka semakin berkurang. Akhirnya ia meminta bantuan dari Rusia. Kemudian cina mulai melakukan agresi kembali demi mendapatkan daerah jajahannya lagi.
Keadaan Turkistan semakin kacau dan tidak terkendali, peperangan terjadi di mana-mana. Mansur meninggal dunia ketika membela seorang imam masjid yang sedang disiksa. Mansur mati syahid melawan para komunis yang mencoba merebut masjid. Perlawanan Mansur telah membangkitkan hati nurani rakyat Turkistnan untuk membantunya dan melawan penindasa ang dilakukan oleh komunis.
Najib Kailany menceritakan dalam novel ini akan adanya resolusi politik yang ditawarkan oleh pemerintah Cina akaibat semakin meluasnya pemeberontakan dan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Turkistan. Pemerintah Cina menawarkan kepada rakyat Turkistan untuk diadakannya konferensi atau referendum guna membahas masa depan Turkistan. Osman Batur beserta pemngikutnya menyetujui untuk diadakannya konferensi tersebut, hasil dari konferensi adalah diadakannya pemilu untuk menentukan piliha rakyat Turkistan dalam membangun negerinya. Osman Batur mencium akan adanya tipu daya yang dilakukan oleh pemerintah Cina lewat pemilu tersebut. Karena dalam pengaturan pelaksanaan pemilu perwakila dari rakyat Turkistan berasal dari warga Turkistan yang telah menganut paham Komunis. Osman batur menduga jika pemilu tersebut sebenarnya bertujuan untuk melanggengkan kekuasan Cina di Turkistan.
Makar politik dalam novel Nights In Turkistan yang dilakukan oleh Cina mendapat perlawanan dari Osman Batur. Ia menginstruksikan kepada pasukannya dan rakyatnya untuk bersiaga menggempur kekuatan komunis. Saat itu kekuatan perang Cina sedang berkurang. Osman Batur hampir menguasai jalannya peperangan, pasukan Cina mulai terdesak. Cina meminta bala bantuan kepada Rusia, bantuan tiba, kekuatan menjadi tidak seimbang. Osman Batur kalah dalam jumlah armada perang dan juga persenjataan. Akhirnya pemberontakkan Osman batur berhasil ditumapas dan Osman Batur ditangkap.
Kekealah rakyat Turkistan menimbulakan kepedihan yang mendalam. Osman dijatuhi hukuman mati, rakyat Turkistan bersedih menyaksikan proses eksekusi penggantungan Osman Batur. Ia dijatuhi hukaman karena menurut pemerintah Cina ia adalah pemberontak dan tindakannya harus dilawan. Mustafa pun sedih menyaksika hal itu, kemudian ia meninggalkan Turkistan mencari Nagmatullail. Sudah puluhan tahun ia tidak berjumpa dengan istrinya. Akhirnya mereka bertemu dan membangun kehidupan baru di negara perbatasan Pakistan.
Najib Kailany selain menceritakan konflik politik Turkistan, dalam novel Nights In Turkistan ia juga memaparkan pertarungan ideologi antara rakyat Turkistan yang berideologi Islam dengan penjajah Cina yang berideologikan komunis. Pertarungan ideolgi dalam novel ini tergambarkan dengan adanya kawin paksa antara gadis-gadis muslimah Turkistan dengan tentara-tentara Cina yang berhalauan komunis. Konflik ideologi juga terlihat pada pembantian terhadap para pemuka agama Islam, pemberhangusan buku-buku Islam serperti fiqh, hadis, tafsir dan juga termasuk al-quran. Semakin banyaknya bendera komunis yang berwarna merah bergambarkan palu arit di angkasa Turkistan juga menambah suasa betapa telah menggeser ajaran komunis terhadap ajaran Islam.
Dalam novel Nigths In Turkistan ideologi komunis semakin terlihat melalui banyaknya anak muda yang mendukung gerakan komunis, mereka membentuk organisasi-organisasi yang berhalauan komunis. Sudah jarang terlihat lagi para gadis Turkistan yang memakai kerudung atupu jilbab, kehidupan mereka telah berubah. Turkistan yang Islami telah merubah bentuk menjadi Turkistan Komunis.
Novel Nights In Turkistan Dan Realitas Sosial Politik di Turkistan
Negara Turkistan yang dikisahkan dalam novel Nights In Turkistan karya najib Kailany senantiasa dihadapkan pada konflik politik perlawanan dan perjuangan terhadap penjajahan dan penindasan yang dilancarkan oleh komunis Cina dan pertarungan ideologi yang berkepanjangan. Konflik termanifestasikan dalam bentuk peperangan yang dikobarkan berkali-kali oleh Osman Batur bersama Mustafa, perbedaan pendapat tentang setrategi penyerangan dan juga persenjataan, perbedaan sikap antara rakyat Mesir dan pemuda-pemuda Turkistan yang telah menganut ideologi komunis, sampai pembantaian yang membabi buta yang dilakukan oleh Cina dan Rusia kepada rakyat Turkistan yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban dan berakibat pada kekalahan Turkistan dalam konflik politik ini.
Perlawanan rakyat Turkistan dalam mengusir penjajah, yaitu komunis Cina yang begitu dahsyat juga terekam dalam buku-buku sejarah Turkistan maupun Rusia. Meskipun perlawanan yang dikisahkan dalam buku serjarah tidak seheroik yang dituturkan oleh Najib Kailany dalam novel Nights In Turkistan ini.
Posisi yang dimainkan oleh Nagmatullail dalam novel Nights In Turkistan memang sangat besar terutama dalam membantu Osman Batur dan Mustafa melawan Cina dengan membunuh Pao Din.
Sikap pragmatis para pemuda Turkistan menjadikan mereka berkhianat terhadap bangsa Turkistan. mereka tidak segan membantai dan membunuh rakyat Mesir demi tersampaikannya ideologi komunis. Dalam literatur sejarah Turkistan mereka berperan membantu Cina adalah membentuk organisasi-organisasi yang berhalauan komunis, di mana mereka terdiri dari kalangan intelektual muda yang tergiur dengan harta.
Dalam dokumen sejarah kerajaan Komul jatuh ketangan Cina pada tahun 1912. pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Turkistan terjadi berkali-kali sekitar tahun 1920 hingga 1950 sampai akhirnya Turkistan benar-benar berhalauan Komunis. Referendum antara Turkistan dan Cina terjadi pada tahun 1950.
Ada satu hal yang jarang disinggung dalam dokumen-dokumen sejarah Turkistan, namun di dalam novel Nights In Turkistan dituturkan secara apik dan mengharukan, yaitu semangat jihad, nasionalisme, dan patriotisme rakyat Turkistan yang dipimpin oleh Osman Batur. Dalam novel ini, Najib Kailany begitu cerdasnya dalam menonjolkan semangat jihad dan nasionalisme masyarakat Turkistan. Meskipun akhirnya tetap kalah juga, karena kalah dalam hal persenjataan.

KESIMPULAN
Bagaimanapun juga, konflik politik perlawanan rakyat Turkistan serta pertarungan ideologi dalam novel Nights In Turkistan memiliki fungsi yang positif, berupa tumbuhnya semangat jihad, nasionalisme, dan patriotisme dalam diri pemuda-pemuda masa depan Turkistan. Konflik perlawanan mereka lakukan demi perubahan sosial menuju terwujudnya masyarakat yang lebih baik bebas dari penindasan baik penindasan bangsa lain maupun penindasan yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Terbentuknya semangat jihad dan nasionalisme sering diakibatkan oleh penindasan yang kejam dan terlalu lama dan hal ini merupakan salah satu bentuk konflik politik yang utama. Bahkan Najib Kailany menginginkan akan terciptanya kemabali Turkistan yang Islami, Turkistan yang terdengar lantunan al-Qurannya. Ia mengajak seluruh umat Islam di dunia ini untuk membantu saudara muslimnya di Turkistan yang sedang mencoba merebut kembali tanah air mereka dan juga agama mereka.
Dalam novel Nigths In Turkistan ditunjukkan bahwa konflik perlawanan menyebabkan timbulnya semangat persatuan dan nasionalisme rakyat Turkistan. Masyarakat sudah lama jenuh dengan pemberontakan dan penindasan yang berkepanjangan dan sejak saat itu semangat jihad dan nasionalisme rakyat Turkistan terus berkobar hingga akhirnya proses mengembalikan kembali Turkistan yang Islami dapat terwujud dan kemerdekaan tercapai di Turkistan.

Sumber:

  1.  http://sastrasantri.wordpress.com/2009/01/22/%E2%80%9Dnights-in-turkistan%E2%80%9D-karya-najib-kailani/
  2. https://en.wikipedia.org/wiki/Najib_Kilani

Leave a comment

Trending